KEADILAN DAN PEMIMPIN YANG ADIL
Rasulullah Pernah bersabda
"Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa seperti singa, para
menterinya seperti serigala, dan hakim-hakimnya seperti anjing. Sementara itu
umat kebanyakan bagaikan kambing. Bagaimana bisa kambing hidup diantara singa,
serigala dan anjing?"
ان
الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا
ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك
له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا.
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد.
فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Yang Maha Adil dengan menhindarkan
diri dari kedhaliman dan berusaha mendekatkan segala keputusan kita pada
keadilan. Walaupun itu bukanlah perkara yang sulit. Sesungguhnya demikianlah
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Adil adalah kata sifat yang dapat
dimaknai dengan bertindak sebagaimana mestinya, tidak berat sebelah dan tanpa
keberpihakan. Adil adalah memberikan hak kepada pemiliknya, baik hak itu
bersifat ganjaran bagi yang berjasa maupun hukuman bagi yang bersalah.
Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah
Kata adil dalam bahasa Indonesia
seolah tinggal kenangan. Bagi bangsa ini sekarang, adil terkesan mewah dalam
realita kehidupan. Popularitas kata adil pada saat ini masih jauh berada di
bawah kata android, Iphone, caleg, partai dan lain sebagainya. Begitu pula
adanya berbagai lembaga yang berkutat dalam hal putusan dan keadilan sama
sekali tidak dapat memposisikan kata adil pada tempatnya, bahkan terkesan
membelokkan makna adil itu sendiri.
Padahal adil adalah barang murah,
adil tidak perlu dibayar mahal seperti halnya short curse atau studi S1, S2
atau S3. Karena potensi adil selalu terkandung dalam diri tiap insan sebagai
pengejawantahan sifat Allah swt ‘al-‘adilu. Adil adalah kekayaan alami yang
terkandung dalam diri setiap individu yang hanya memerlukan modal kemauan saja
untuk menghadirkannya. Adil bagaikan barang tambang dalam bumi Indonesia yang
telah lama tersedia, bahkan semenjak bumi pertiwi ini belum dinamai Indonesia.
Kemauan adalah kunci membuka gudang keadilan.
Oleh karena itu, dalam usahan
merealisasikan potensi adil yang terkandung dalam diri individu inilah perlu
latihan dan pembiasaan. Adil harus diterapkan dalam lingkup kehidupan paling
kecil, dari individu, keluarga, dan dari pemerintahan tingkat RT hingga tingkat
pusat. Sehingga para bapak bangsa ini menjadikan konsep “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” sebagai salah satu dari Pancasila sebagai Dasar
Negara.
Jam’ah jum’ah yang berbahagia
Dengan demikian keadilan menjadi
salah satu basicstruktur yang harus ada di Indonesia. Dengan bahasa lain
Keadilan merupakan masalah ushuliyah yang keberadaannya sudah merupakan
barang pasti yang tidak bisa diganti dengan yang lain, apabila bangsa ini ingin
lestari. Bukankah demikian peringatan Allah kepada Nabi Daud yang tergambar dalam
surat as-shad ayat 26:
يَا
دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ
بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ
الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا
يَوْمَ الْحِسَابِ.
Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan.
Sudah jelas kiranya janji Allah
dalam ayat tersebut. Bahwa keadilan adalah syarat mutlaq seorang pemimpin,
karena keadilanlah yang akan menentukan arah keberlanjutan sebuah bahngsa.
Demikian pentingnya keadilan hingga ada sebuah cerita tentang seorang
darwis yang dimintai pendapat tentang pemimpin yang dhazilim.
Sa'di bercerita; Alkisah, Seorang
raja yang zalim berkenan memanggil seorang darwis ke istananya untuk memberi
nasihat. Ketika sufi itu datang, Raja Zalim berkata, "Berikan aku nasihat.
Amal apa yang paling utama untuk aku lakukan sebagai bekalku ke akhirat
nanti?"
Sang darwis menjawab, "Amal
terbaik untuk baginda adalah tidur." Raja itu kehairanan,
"Mengapa?" "Karena ketika tidur," jawab sufi itu,
"baginda berhenti menzalimi rakyat. Ketika baginda tidur, rakyat dapat
beristirahat dari kezaliman."
Namun manusia adalah insan yang
sering lalai dan mudah tergoda dengan berbgai bujuk rayu setan yang
menyesatkan. Karenanya hampir dalam setiap jangkah kehidupan ini kedhaliman
hadir menggantikan posisi keadilan. Begitulah hingga Rasulullah saw pernah
bersabda:
سيأتى
زمان علي امتي سلاطينهم كالاسد ووزراءهم كالذئب وقضئهم كالكلب وسائر الناس
كالاغنام فكيف يعيش الغنام من الاسد والذئب والكلب ؟
Akan tiba satu waktu kepada umatku
penguasanya seperti singa, para menterinya seperti serigala, dan hakim-hakimnya
seperti anjing. Sementara itu umat kebanyakan bagaikan kambing. Bagaimana bisa
kambing hidup diantara singa, serigala dan anjing?
Apakah maksud penguasa seperti singa
dalam konteks hadits ini? tidak, singa ditamsilkan dalam hadits ini bukan dalam
hal keberanian, tapi dalam hal kerakusannya. Singa selalu saja memburu makanan
dan demi kepentinga pribadi dan golongannya. Sementara serigala terkenal dengan
sifat culas, gesit, dan licik. Ia bisa menggunakan berbagai cara demi
menghasilkan buruan walaupun dengan jalan tidak ksatria. Adapun anjing yang
suka menjilat pandai sekali menyembunyikan kebuasannya dibalik kejinakan yang
dimilikinya. Begitulah Rasulullah saw menerang keberadaan umatnya. Apakah massa
yang dimaksud dengan hadits tersebut telah tiba? Wallahu a’lam bis shawab.
Hadirin Rahimakumullah
Hanya saja sebagai garis petunjuk
adalah surat An-Nisa’ ayat 135 haruslah dipegang seorang pemimpin.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ بِٱلْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ
أَوِ ٱلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا
فَٱللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلْهَوَىٰٓ أَن تَعْدِلُوا۟ وَإِن
تَلْوُۥٓا۟ أَوْ تُعْرِضُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Wahai orang-orang yang beriman,
jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia[361]
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Demikianlah khotbah singkat kali ini
semoga bermanfaat bagi kita semua. Ya Allah kami sungguh bersyukur atas potensi
keadilan yang kau berikan kepada kami, tetapi kami sadar keadilah bukanlah hal
yang mudah kami realisasikan. Namun dengan kebesaran-Mu apa susahnya Kau
mudahkan keadilan itu hadir pada kehidupan kami ya Allah..
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ
وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ